Ruang Publik untuk Ngaliyan

Ngaliyan, wilayah bagian Barat kota Semarang, yang dulu bahkan tidak banyak orang meliriknya, kini seakan menjadi “kota baru” yang memikat. Kawasan hunian baru yang sekarang ini, banyak orang tertarik, karena bebas dari ancaman rob atau banjir yang selalu mengahntui di wilayah Semarang bagian bawah. Apalagi saat ini, pelebaran jalan Ngaliyan – Boja sudah hampil final.
Kenyamanan dan minat masyarakat untuk tinggal di kawasan Ngaliyan, semakin terasa karena hadirnya berbagai real estate yang memberi keluasan masyarakat memilih hunian yang diinginkan. Berdirinya Ruko-ruko, Mall-mal, Minimarket serta pasar-pasar tradisional yang memudahkan para penghuni kawasan tersebut mencari barang-barang kebutuhan sehari-hari, menjadi salah satu pendorong untuk memilih Ngaliyan sebagai tempat menatap masa depan bersama keluarga.
Berbagai real estate yang meramaikan “Semarang pinggiran” ini diantaranya Bukit Semarang Baru (BSB), Villa Esperalsa, Pandana Merdeka, Bumi Persada Indah (BPI) dan Permata Puri.
Sementara itu, berbagai mall maupun Minimarket Swalayan seperti Aneka Jaya, Sarinah, Ono Swalayan, Indomaret dan Ngaliyan Square yang masih tahap penyelesaian, menambah semaraknya “kota baru” yang menambah kesan tersendiri bagi para pendatang baru.
Ya, saat ini, Ngaliyan sudah menjadi salah satu primadona hunian bagi masyarakat, termasuk masyarakat pendatang. Berbagai fasilitas transportasi dan kebutuhan hidup yang bisa sangat mudah didapat dengan banyaknya Swalayan dan pasar tradisional, menjadi salah satu alasan yang sangat logis dan rasional untuk tinggal.

Potensi ekonomi
Banyaknya kawasan hunian baru di Ngaliyan, dengan sendirinya juga menjadi pendorong perkembangan ekonomi masyarakat sekitar. Dimana dengan itu, lahan – lahan perekonomian baru, potensial untuk dibuka atau didirikan.
Berdirinya mall-mall, ruko dan berbagai minimarket selain pasar-pasar tradisional yang lebih dulu berkembang, menjadi bukti bahwa kehadiran kampung hunian baru tersebut, membuka potensi ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.
Dengan adanya mall-mall dan minimarket baru tersebut, disadari atau tidak adalah sebagai jawaban atas perkembangan hunian-hunian baru di kawasan Ngaliyan tersebut. Berdirinya “pasar modern” tersebut, juga sekaligus membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar yang turut mengurangi pengangguran.
Selain itu, di tingkatan masyarakat bawah (grass rott), juga banyak yang membuka peluang usaha dengan mendirikan usaha jualan “kaki lima”. Sebuah usaha dengan pangsa pasarnya tersendiri, yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam membantu pemerintah mengurangi pengangguran di masyarakat.
Memang, yang terlihat sampai sekarang adalah para pedagang kaki lima (PKL) itu seakan menjadi salah satu penyebab kota tidak sedap dipandang mata. Namun itu tidak seharusnya menjadikan kita menimpakan kesalahan kepada para pedagang kaki lima (PKL) semata.
Solusinya, agar para PKL yang ada tidak menimbulkan kota menjadi kotor dan terkesan kumuh, adalah komitmen pemerintah untuk menatanya sejak awal. Jangan sekadar kalau sudah ramai terus dipandang mengotori kota, kemudian di gusur.
Parahnya, inilah yang selama ini terjadi. Ketika ada kawasan PKL baru, pemerintah tidak bertindak. Setelah ramai, PKL banyak berdiri, baru pemerintah dengan UU/Perda yang ada, menggusurnya dengan alasan yang selalu benar di pihak mereka, dan para PKL, wong cilik itu, selalu saja dipihak yang salah menurut mereka (Pemerintah).
Ke depan, hal seperti ini, tidak seharusnya terus berlarut-larut. Karenanya, pantauan serta pendampingan pemerintah mutlak dilakukan terhadap sebuah kawasan. Dan kebijakan yang dibuat pemerintah, hendaknya jangan menyakitkan dan melukai hati masyarakat kecil tersebut. Dimana mereka juga salah satu ujung tombak perekonomian Negara selain sebagai warga Negara yang harus diperhatikan kesejahteraannya.

Ruang publik baru
Berkembangnya sebuah kawasan atau daerah, dengan sendirinya juga membutuhakan berbagai hal untuk mendorong agar lebih progress dan bisa berperan secara signifikan bagi Negara.
Salah satu hal yang sering terlupakan dalam pengembangan suatu kawasan, adalah adanya ruang public baru sebagai penyeimbang perkembangan tersebut.
Di Ngaliyan, satu-satunya ruang public yang dipunyai adalah Taman Lele. Sebuah taman rekreasi yang sekarang bahkan kurang menarik lagi di hati masyarakat untuk berkunjung dan melepas penat bersama keluarga.
Beruntung, kebun binatang Tinjomoyo yang dulu di daerah Sekarang, Gunung Pati, kini dipindah di Mangkang, sehingga masyarakat Ngaliyan bisa lebih dekat untuk dan menjadikannya sebagai alternative ruang public baru. Apalagi kebun binatang tersebut dilengkapi dengan fasilitas out bond baik untuk anak-anak hingga orang dewasa.
Yang jadi persoalan adalah, bagaimana dengan kawasan Ngaliyan sendiri, yang sebenarnya membutuhkan ruang public baru bagi masyarakat sekitar, seiring perkembangan yang ada?
Untuk itu, pemerintah seyogyanya memikirkan agar membuat kawasan wisata baru sebagai ruang public yang nyaman dan murah bagi masyarakat. Itu adalah kebutuhan riil yang tidak bisa diabaikan.
Kawasan hutan lindung Alaska yang berdekatan dengan Perum BSB, barangkali bisa menjadi alternative. Atau kolam renang di kecamatan Tugu peninggalan Belanda yang kini sudah tidak berfungsi. Padahal dari segi bangunan dan artistiknya, kolam renang itu bisa menjadi primadona baru ruang public di wilayah Ngaliyan di sekitarnya.
Nah, kapan kah ruang public yang murah dan nyaman itu akan terwujud, kita tunggu saja. Semoga pemerintah bisa merealisasikannya. Kalau megaproyek sekelas Semarang Pesona Asia (SPA) saja yang menghabiskan Miliaran rupiah bisa terlaksana, betapa hinanya pemerintah kota Semarang kalau tidak bisa memesona bagi masyarkatnya sendiri.
————————-

Tabloid Seputar Semarang
edisi 5-11 Februari 2008

One Comment

  1. Ya Memang sebaiknya Rencana Detail Bagian Wilayah kota (RBWK) yng melingkupi stratgei pengembangan dan pembangunan di tingkat Kecamatan terhusus dalam hal ini untuk Kecamatan Ngalian dilakukan review sehingga pola tata guna lahan yang berubah saat ini dapat diantisipasi dan dilakukan penataan kembali. Sehingga Public space yang diinginkan bisa terkomodir juga.
    Indikasi perkembangan “Kota kecamatan Ngaiyan” dengan sebtralnya didepan Kantor kecamatan Ngaliyan perlu dilakkan antisipasi secepatnya sehingga dapat berkembang menjadi salah satu alternatif “Public area” yang menyajikan berbagai peluang terhadap kecenderungan pergeseran pusat belanja, pusat rekreasi dan lain-lain dari Semarang Kota/Bawah ke Kota Baru Ngaliyan. Fenomena Pasar yang demikian bergerak cepat saat ini tidak direspons secara tepat oleh pelaku bisnis terutama bisnis besar
    Dengan dilakukannya perbaikan rencana detail Kota Kecamatan Ngaliyan maka selanjutnya akan dapat pula merangsang “hidup” pelaku bisnis besar untuk menanamkan “Impian bisnisnya” di Pusat Kota Ngaliyan.
    Dengan perspektif daya dukung/ daya beli konsumen dari berbagai perumahan dan hunian (baik yang tergbung dalam adah REI maupun tidak) akan memberikan Variable bagi “Sang investo besar’ menggoyang kelesuan pasar wilayah Ngaiyan yang sebenarya penuh dengan potensi tersebut.
    Bukan mustahil kalau “Kota Kecamatan Ngaliyan” akan dapat berubah menjadi “Simpang 5” nya bagi para penghuni Ngaliyan sekitarnya.
    Keberadaan “BSB” sebagai kota baru yang note bene menjadi satelite juga bagi kota Semarang maka perkembangan wilayah sekitar Kecamatan Ngaliyan akan dapat dijadikan “Provider” bagi bertumbuh kembangnya BSB Kota Baru. Ha ini menjadi dya tark sebenarnya bagi Pemilik “BSB” untuk turut mendukung berkembangnya Pusat keramaian Ngaliyan yang sekarang berada di “Seputar Kecamatan Ngaiyan”.
    Keberadaan pasar perlu diikirkan sejak awal sehingga apabila nantinya benar-benar”Seputar Kecamatan Ngaliyan” berkemang tidak akan menggeser pasar tradisional tersebut.
    Pemerintah Kota sebaiknya lebh pro aktif “menawarkan” otensi wilayah Ngaliyan ini secara progresif. Ingat apabla trase Jalan Tol memang jadi melewati Ngaliyan sekitarnya, maka bukan beralasan kalau pintu gerbang Semarang akan bergeser dari kawasan Mangkang ke arah Kota Kecamatan Ngaliyan. Modal dasar insfra struktr jalan yang sekarang sudah dan akan dibangun smpai pada batas wilayah gerbang “BSB” akan lebih menunjang semua “mimpi” diatas manakala ada “Ramp off” Jalan Toll Semarang – Batang di daerah/sekitar Ngaliyan. Satu hal lagi adanya usaha mengurai kemacetan pada simpul pertigaan Jrakah dengan perbaikan Alinyemen Jalan baik dari segi horisontal maupun vertikal.
    Jadi “Pusat Kota Kecamatan Ngaliyan” yang secara phsycologis dan aktual sekarang ini berada di seputar Kantor Kecamatan Ngaliyan benar benar menawarkan diri untuk berbagai investasi dan kemungkinan. Gerbang kota Semarang baru akan tampil manakala gerbang disebelah Timur sudah penuh dengan masalah kemacetan dan banjir, Gerbang Selatan yang sudah pada dengan lalu lintasnya. Manakala Jalur Tol Semarang – Solo juga sudah “On” lengkap sudah data dukung “Ngaliyan” sebagai alternatif gerbang baru bagi kota Semarang tercinta ini.
    Silakan bagi para pecanu “Bisnis” Coleklah Ngaliyan slagi perawan sebelum “Harga Pinangan” itu menjadi mahal. (vidi)

    Reply

Leave a comment